Selasa, 15 Desember 2015

sejarah karate


SEJARAH KARATE

Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma, guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu : Tomori, Shuri, dan Naha. Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang. Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri. Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan Universitas. Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Gichin funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa “Harimau tidak pernah tidur”. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan diri pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan, tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.
Gichin Funakoshi meninggal dunia tanggal 26 April 1957.

Filosofi Karate Gichin Funakoshi, diantaranya :
  1. Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
  2. Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan, maka yang melakukan akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.
  3. Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu)
  4. Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
  5. Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
  6. Semangat yang utama, teknik kemudian.
  7. Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
  8. Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
  9. Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
  10. Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
  11. Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
  12. Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin.
  13. Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
  14. Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan yang tidak.
  15. Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan waspada
  16. Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
  17. Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
  18. Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
  19. Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain
  20. Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
  21. Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan diatas setiap hari.
  22. Tak ada serangan pertama pada karate

Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi tekhnik dan fisik, melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karate yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter. Akhirnya kata “Do” pada Karate do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini.

Murid Gichin Funakoshi yang terkenal
  1. Hoan Kosugi (yang melukis lambang Shotokan / harimau)
  2. Shinken Taira (Ryuku Kobudo)
  3. Hironori Ohtsuka (Wado Ryu)
  4. Msatoshi Nakayama (JKA)
  5. Hidetaka Nishiyama, Shotokan ITKF
  6. Masutatsu Oyama (Kyoyushin – Ryu)
  7. Hirokazu Kanazawa (SKIF)
  8. Shigeru Egami (Shotokan)
  9. Tsutomu Ohshima (SKA)
  10. Yashuhiro Konishi
  11. Isao Obata
  12. Gigo Funakoshi
  13. Tsutomu Okazaki
  14. Takeshi Shimoda
  15. Shinken Gima
  16. Kimo Ito
  17. Genshin Hironishi
  18. Taiji Kase
  19. Hiroshi Noguchi
  20. Tomasaburo Okano
  21. Fusajiro Takagi
  22. Masamoto Takagi
  23. Tasuo Yamada


KATA SHOTOKAN

Kata yang berarti bentuk pola atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate. Setiap kata memiliki embusan pola dan arah dan bunkai praktik yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang diperagakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat. Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.



Kata
Nama Asli
Arti
Heian shodan
Pinan Nidan
Pikiran tenang damai satu
Heian nidan
Pinan Shodan
Pikiran tenang damai dua
Heian sandan
Pinan Sandan
Pikiran tenang damai tiga
Heian Yondan
Pinan Yondan
Pikiran tenang damai empat
Heian Godan
Pinan Godan
Pikiran tenang damai lima
Tekki shodan
Naihanchin Shodan
Satria tunggang kuda satu
Tekki Nidan
Naihanchi Nidan
Satria tunggang kuda dua
Tekki Sandan
Naihanchi Sandan
Satria tunggang kuda tiga
Bassai dai
Passai
Menembus benteng
Kanku Dai
Kushanku
Memandang cakrawala
Enpi
Wanshu
Burung layang-layang terbang
Jion
Jion
Naba biksu budha
Jitte
Jitte
Bertarung 10 tangan
Gankaku
Chinto
Bangau diatas batu karang
Hangetsu
Seishan
Bulah separuh
Sochin
Sochin
Memberikedamaian bagi orang banyak
Nijushiho
Niseishi
24 Langkah
Chinte
Chinte
Tangan yang luar biasa
Meikyo
Rohai
Cermin jiwa
Wankan
Wankan
Mahkota raja
Gojushiho Dai
Useishi
54 langkah besar
Unsu
Hakko
Tangan menyibak awan di angkasa
Gojushiho Sho

54 langkah kecil
kankusho

Menatap Langit
Bassai Sho

Menembus benteng kecil
Jiin



Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan world karatedo federation (WKF), yang dianggap sebagai aliran karate yang utama yaitu :
  1. Shotokan, 2. Goju Ryu, 3. Shito Ryu, 4.Wado Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai aliran karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan Zen – Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation dan world Karatedo Federation. Namun aliran karate yang terkenkan di dunia bukan hanya empat aliran diatas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin, shorin ryu dan Uechi Ryu Karate tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”. Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi yang mewadahi Karate Seluruh dunia adalah WKF (World Karate Fedration) dahulu WUKO World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non Contact, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang full body Contack. Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut :




  1. Shotokan
Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Gichin Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupan akumulasi dan sandarisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan shotokan cenderung/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
  1. Goju Ryu
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik – teknik aliran ini menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan peraturan jarak rapat.
  1. Shito Ryu
Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 26, Wado memiliki 17, Goju Memiliki 12 Kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito – Ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperi Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
  1. Wado – Ryu
Wado Ryu adalah aliran karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Sindro Yoshin Ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado Ryu selain mengajarkan tekhnik Karate juga mengajarkan teknik kuncian dan / bantingan Jujutsu. Didalam pertarangan, ahli Wado Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsui seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado Ryu juga mampu menyelesaikan diri dengan peraturan yang ada dan berbanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut. Sedangkan aliran lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam 4” besar JKF” antara lain adalah :



  1. Kyokushin
Kyokushin termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sensai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full body contact kumite, yakni tanpa perlindungan, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (Kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut sensai Masutatsu oyama sendiri telah melakukan kumite 200 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
    1. Shorin Ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsume Anko Itoso, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, selain Azato. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin Ryu banyak persamaannya dengan shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin Ryu juga mengajarkan bermacam – macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
    1. Uechi Ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang paling banyak menerima pengaruh dari bela diri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsng diprovinsi Fujian D China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi Ryu Karate sangat mirip dengan kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequen (Bangau putih).

Latihan Dasar Karate terbagi tiga sebagai berikut
  1. Kihon, yaitu latihan teknik –teknik dasar karate seperti tehknik memukul, menendang, menangkis dan membalas
  2. Kumite yaitu latihan tanding atau sparing
  3. Kata yaitu latihan jurus memperagakan teknik kihon & komite

Pada zaman sekarang karate jug dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik berkelahi sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik – teknik untuk pertandingan olah raga. Pelatihan kihon dimulai dari mempelajari pukulan, tendangan dan tangkisan. Pada tahap DAN atau sabuk hitam, karateka dianggap sudah menguasai seluruh Kihon dengan baik dan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) ruyung (nunchaku)


Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki jumlah ritme gerak dan pernapasan yang berbeda-beda. Dalam kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi dari gerakan-gerakan kata yang dimainkan. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap kata. Sebagai Contoh: Kata Tekki aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu.sebagai akibatnya Bungkai (aplikasikata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite
Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh karateka tingkat lanjut (Sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada karateka tingkat pemula (sabuk hijau) sebelum melakukan kumite bebas (jiyu kumite) praktisi memplajari kumite yang diatur(go hon kumite) atau (Yakusoku kumite) untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh karateka yang sudah mencapai tingkat tinggi (Sabuk Hitam). Praktisi Kyokushin diperkanankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran kombinasi seperti Wado Ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk teknik Jujutsu seperti bantingan, kuncingan dan menyerang titik vital.

Sejarah Karate di Indonesia
Masuknya karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang sudah menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di Jakarta, tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat itu disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono. Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan, Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi Shitoryu. Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di tanah air yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian karena ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada akhirnya, dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama untuk mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah baru yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972. Karena semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi semua perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

Tokoh Karete Indonesia
Baud Adikusumo (INKADO)
Sabeth Mukhsin (INKAI)
Anton Lesiangi (LEMKARI)
Nardit T (WADOKAI)
Bert Lengkong (SHINDOKA)
Chairul Taman (KHUSHINKAI)
Setyo Haryono (GOJU RYU)
Marcus Basuki (SHITORYU)
Dan masih banyak lagi yang lainnya

FORKI
(Federasi Olah Raga Karate – do Indonesia)
Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate. Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia. Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan kesucian.

INKAI
(INSTITUT KARATE DO INDONESIA )

Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do


Asal Usul Desa Sumberdukun



 
Kurang lebih 3 Km arah selatan kota Magetan, terdapat sebuah desa cukup maju dengan kelengkapan-kelengkapan sarana serta prasarana kebutuhan masyarakat setepat, khususnya sarana transportasi,sarana penerangan,serta sarana air sebagai kebutuhan pokok sehari-hari. Meskipun hidup masyarakat telah meningkat seirama kemajuan teknologi seperti yang kita rasakan dewasa ini, namun mereka tetap mempertahanknan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh leluhurnya. Hal ini bagi mmereka semata-mata untuk memperkuat jati diri sebagai bangsa Timur yang terkenal berbudaya tinggi. Tidak mengherankan apabila masyarakat desa pinggiran kota Magetan ini memiliki unggah-ungguh, sopan santun, tepa selira, serta perilaku-perilaku terpuji lainnya karena mereka memang masih sangat kental terhadapbudaya yang dipegang teguh oleh nenek moyangnya.
            Itulah desa Sumberdukun, yang dibatasi oleh desa-desa sekelilingnya: 
Sebelah Utara               : desa Ringinagung                                                                             
Sebelah Timur               : desa Balegondo                                                                
Sebelah Selatan            : desa Baleasri                                                                           
Sebelah Barat               : desa Selopanggung
            Bagaimana asal-usul desa Sumberdukun yang terletak dilintas jalan protokol antara kota Madiun dengan Sarangan lewat jalur Selatan ini, para sesepuh terdahulu menuturkan sebagai berikut:                                                                                 Desa Sumberdukun terdiri atas 3 dukuh, yakni dukuh Juron, dukuh Gentan dan dukuh Dakutah. Ceritera tentang dukuh-dukuh ini cukup menarik:
Ø  DUKUH JURON
Yang babad daerah ini pertama kali adalah seorang punggawa masa raja-raja terdahulu yang bertugas sebagai juru playangan (orang yang tugasnya mengantar surat atau menghantarkan/menyebarkan pengumuman-pengumuman). Punggawa itu mengaku  bernama Ki Ageng Surohadipo. Emreka sangat arif, bijaksana serta baik perilakunya. Mereka suka menolong terhadap siapaun yang sedang mengalami kesulitan. Karena perilaku juru playangan yang terpuji itu. Penduduk merasa berhutang budi, dan Ki Ageng Surohadipo diangkat menjadi penguasa didaerah itu dan sekitarnya. Karena itu untuk memberi penghargaan serta mengenang jasa baik mereka, daerah tempat juru playangan itu dinamakan JURON(dari kata juru atau tempat tinggal juru). Sama halnya dengan tempat bekerja Camat disebut Kecamatan. Tempat bekerja Wedana disebut Kawedanan. Akhirnya daerah itu menjadi dukuh Juron sampai sekaraang ini. Namun setelah meninggal dunia tidak diketahui dimana mereka dimakamkan.

Ø  DUKUH GENTAN
Masa silam waktu kawasan ini masih mirip hutan dan belum banyak penghuninya, merupakan salah satu tempat para “gentho” (orang yang suka merampas dan mencuri harta benda orang lain). Apakah penduduk dukuh Gentan sekarang ini merupakan keturunan para gentho tersebut? Tidak. Generasi para gentho masa lalu telah musnah dan generasi sekarang adalah generasi yang memiliki perilaku baik dan khusuk terhadap agama Islam. Dahulu dukuh Gentan ini pernah didatangi oleh pawingan dari Jawa Tengah yakni dari daerah Mataram, bernama Kyai Muhammad Jenal Ali. Pekerjaan mereka memberi tuntunan agama Islam kepada penduduk yang tempat tinggalnya dilewati. Pendatang ini memiliki kawaskisthan yang tinggi. Selain memiliki ilmu keagamaan juga memiliki ilmu-ilmu kerohanian serta ilmu-ilmu kadibyan yang lain. Ilmu-ilmu itupun diberikan kepada penduduk daerah yang didatangi. Atas kesepakatan warga setempat, Kyai Muhammad Jenal Ali diangkat menjadi penguasa daerah tersebut. Dan setelah meninggal dunia juga tidak diketahui dimana makam mereka. Daerah ini oleh penghuni setempat dunamakan GENTAN karena merupakan tempat tinggal para gentho dan akhirnya daerah itu menjadi dukuh Gentan sampai sekarang ini.

Ø  DUKUH DAKUTAH
Asal-usul nama tersebut juga erat hubungannya dengan kawaskhitan pendatang dari Mataram yang bernama Kyai Muhammad Jenal Ali. Pendatang yang “jajah desa Milangkori” dan singgah di duku Gentan tadi melanjutkan perjalanannya ke arah Utara. Mereka melalui daerah yang penuh tanaman padi. Disana-sini kelihatan padi menguning dan bahkan banyak yang telah ditunai. Sewaktu pendatang itu memasuki daerah pemukiman penduduk, sepanjang jalan yang dilewati banyak berceceran kulit padi (dalam Bahasa Jawa disebut dhedhak). Rupa-rupanya pembawa kulit padi itu tidak mengetahui jika dhedhak yang dibawanya banyak berjatuhan dan tercecer sepanjang jalan. Karena banyaknya kulit padi atau dhedhak yang berjatuhan atau bahasa Jawa “kutah”, maka pendatang tersebut memberi nama daerah yang dilewati ituDAKUTAH (dari kata dhedhak dan kutah). Akhirnya daerah itu menjadi dukuh Dakutah sampai sekarang ini.

Sedang desa Sumberdukun itu sendiri memiliki kisah yang cukup mengesankan. Dahulu kala waktu desa ini belum maju seperti sekarang ini dan keadaannya masih seperti hutan, serta baru beberapa penghuni yang bermukim di daerah tersebut. Rumah- rumah kecil berdiri disela-sela pepohonan besar. Sarana untuk keperluan hidup sehari-hari seperti air dan sebagainya sulit didapat. Diantara penduduk yang menghuni rumah-rumah tersebut adalah dukun bayi dengan seorang pembantunya.
            Pada suatu ketika, ada seorang warga yang hendak melahirkan anak. Tetapi mbah dukun mengalami kesulitan. Yakni air yang sangat diperlukan tidak ada. Memang kebutuhan air di daerah tersebut pada waktu itu sangat sulit didapat. Sambil membantu lahirnyab si bayi, mbah dukun tak henti-hentinya berpikir bagaimana cara memperoleh air. Padahal pembantunya sudah berusaha mencari air kemana-mana tetapi belum juga berhasil.
            Pada suatu hari mbah dukun mempunyai gagasan baru untuk memperoleh air yang sangat diperlukan itu. Mereka pergi kesawah yang letaknya di sebelah Barat dukuh Juron. Di sawah itu mbah dukun bayi mencoba menggali tanah sawah yang juga dalam keadaan kering. Biarpun dirinya seorang perempuan, tidak canggung-canggung menggali tanah sawah untuk memperoleh air yang sangat dibutuhkan oleh penduduk daerah itu. Sedikit demi sedikit tanah sawah itu digali dan dilubangi. Dan akhirnya usaha mbah dukun bayi ini tidak sia-sia. Apa yanng terjadi? Ternyata dari dalam tanah yang digali itu keluar air. Meskipun air yang keluar dari lubang tanah yang digali itu tidak besar, namun dapat membantu mencukupi kebutuhan air bagi masyarakat setempat. Air yang keluar dari lubang tak kunjung berehenti dan betul-betul merupakan sumber air. Dukun bayi dan masyarakat setempat sangat gembira dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah serta Maha Pengasih atas barokhah yang diberikan kepadanya. Demikian senangnya warga kawasan itu dan demikian besarnya penghargaan mereka terhadap perjuangan mbah dkun bayi ini, sehingga merek selalu berucap “Apabila butuh air, ambillah disumber buatan mbah dukun ”.
            Berita tentang adanya sumber baru buata mbah dukun ini terdengar oleh penduduk pemukiman lainnya, sehingga mereka banyak yang datang untuk menyaksikan kebenaran berita itu, abkan penduduk sekeliling yang kekurangan air berduyun-duyun datang ketempat itu untuk mengambil air dari sumber buatan mbah dukun. Air sumber itu dirasakan oleh penduduk setempat dan sekelilingnya sangat nyaman dan segar berbeda dengan rasa air yang diperoleh dari tempat lain. Ini merupakan suatu keajaiban tersendiri. Keajaban lain yang dirasakan oleh penduduk setempat pada waktu itu adalah, barang siapa yang menderita sakit dan minum air sumber buatan mbah dukun itu sakitnya dapat sembuh.
            Karena jasa mbah dukun membuat sumber yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat dan sekelilingya ini, maka penduduk setempat sepakat memberi nama kawasan pemukiman itu SUMBERDUKUN. Yakni dari kata Sumber dan Dukun. Akhirnya menjadi nama desa Sumberdukun sampai sekarang ini.
            Sumber itu sampai sekarang masih ada, berada ditepi sungai dan masih difungsikan oleh penduduk setempat serta penduduk sekeliling desa Sumberdukun, sebagai tandon air. Disamping itu, sumber tersebut juga dianggap sebagai “pundhen” desa Sumberdukun. Dahulu setiap tahun pada bulan Suro, penduduk dukuh Juron khusunya mengadakan upacara tradisional berupa Bersih Desa di sumber itu dengan membersihkan sumber tersebut (Jw. Nguras sumber) atau duk beji. Kotoran-kotoran yang ada didalamnya diangkat sehingga sumber itu kembali bersih. Ubarampe sesaji sebagaimana kebiasaan setiap tahun, termasuk menyembelih kambing dan dimasak disumber itu. Maksud bersih desa ini adalah sebagai wujud syukur penduduk desa setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kebahagiaan kepadanya. Selain itu permohonan keselamatan terhadap seluruh warga desa. Sekaligus mengenang jasa mbah dukun yang mewujudkan sumber itu masa lalu.
            Yang menarik sampai sekarang terhadap desa Sumberdukun adalah, bahwa didesa ini selalu ada orang yang memiliki kepintaran sebagai seorang dukun. Misalnya dukun bayi, dukun pijat, pujangga atau kepintaran lain yang sejenis. Ibarat patah tumbuh hilang berganti. Dukun yang satu meninggal, muncul dukun baru sebagai penggantinya.
            Secara berturut-turut pejabat yang menjadi Kepala Desa Sumberdukun yang diketahui adalah:
1.      Ki Ageng Surohadipo                       : -
2.      Kyai Muhammad Jenal Ali   :-
3.      Mangun Astro (kurang jelas)            : -
4.      Siranom                                             : ...-1943
5.      Kasan Sarbi                                       : 1943-1983
6.      Suratno                                             : 1983-1991
7.      Yasir                                                 : 1991-1999
8.      Slamet                                               : 1999-2007
9.      Sarmo                                                : 2007-2013
10.  Kamto                                               :  2013-sekarang

Sumber: Buku karya Drs. Soetarjono